Salah
Cerita
Sudah sebulan ini aku telah resmi
menjadi siswa dari SMPN 2 Mojokerto. SMPN 2 Mojokerto bukan merupakan sekolah
yang aku inginkan saat kelulusan SD. Tapi entah mengapa orang tuaku
memasukkanku ke sekolah itu. Aku hanya bisa pasrah menerima keadaan ini dan
semoga saja ini memang jalan terbaik untukku. Tapi aku tetap senang karena
sahabatku yang bernama Sara juga masuk ke sekolah itu. Aku berharap bisa
sekelas dengannya tapi takdir tidak berpihak kepadaku. Tapi walaupun aku tidak
sekelas dengannya, saat istirahat aku menyempatkan diri bermain dan berbicara
dengannya.
Orang yang aku kenal di kelas baruku
hanya Taka dan Zizar. Taka adalah anak dari teman kerja ibuku sedangkan Zizar
adalah teman SDku. Aku duduk bersebelahan dengan Ninda. Awalnya aku sama sekali
tidak mengenalnya. Tapi waktu demi waktu, aku mulai dekat dengannya. Ninda
adalah anak perempuan yang baik dan rajin.
Ruang kelasku bisa dibilang kurang
nyaman karena jauh dari gerbang sekolah lalu terletak di tingkat kedua dan
udaranya sangat panas saat siang hari. Apalagi aku harus membiasakan diri
dengan pakaian berkerudungku. Tidak ada AC atau kipas angin yang tersedia.
Hanya angin yang bersemilir melewati jendela dan pintu kelasku. Namun hari demi
hari aku mulai terbiasa dan betah dengan suasana serta keadaan yang seperti
ini.
Saat ini adalah pertama kalinya aku
menggunakan alat yang bernama mikroskop di laboratorium IPA sekolahku. Obyek
yang sedang kuamati adalah daun dari tumbuhan Rhoe Diseolor. Ternyata
menggunakan mikroskop tidak semudah yang aku pikirkan. Banyak sekali kesulitan
yang aku temui. Mulai dari pemotongan preparat, pengaturan cahaya, perbesaran,
sampai pemfokusan obyek. Namun semakin aku banyak mendapat kesalahan, semakin
aku mengerti bagaimana cara penggunaan alat yang menurutku cukup rumit itu
dengan benar.
Saat sedang asyiknya menggunakan
mikroskop, tiba-tiba Taka berjalan menuju ke arah mejaku. Lalu dia bertanya apakah aku kenal
dengan anak kelas lain yang bernama Shin. Aku heran mendengar kata-kata yang
diucapkan Taka. Saat kutanya apa yang terjadi sebenarnya, dia hanya tersenyum
lalu menjawab jika anak kelas lain yang bernama Shin itu menyukaiku. Kata-kata
itu membuatku semakin bertambah heran. Shin ? Siapa dia ? Mendengar nama itu
saja baru sekarang. Bagaimana bisa anak kelas lain yang bernama Shin itu
menyukaiku ? Taka meninggalkan mejaku tanpa merasa ada hal yang salah
sedikitpun dariku. Hal itu sempat membuatku tidak tenang saat pelajaran karena
terbayang di pikiranku. Mungkinkah Taka berbohong kepadaku ? Tapi yang kutahu Taka
tidak pernah mengada-ada walaupun dia sedikit bandel dalam hal pengerjaan tugas-tugas
pelajaran dari para guru.
Setelah berhari-hari aku mencari anak
kelas lain yang bernama Shin itu. Akhirnya aku dapat menemukannya. Kesan
pertamaku melihatnya ternyata dia lumayan ganteng juga. Jika tidak sengaja bertemu
dengannya saat istirahat, aku selalu memperhatikan dia untuk membuktikan
kebenaran dari cerita Taka. Tapi sepertinya Shin selalu acuh dan tidak peduli
saat melihatku memperhatikan dia. Aku jadi merasa malu sendiri atas perbuatanku
yang selalu memperhatikan dia.
Tapi tanpa aku sadari seseorang yang
selalu bersama Shin saat istirahat melihatku dan memberikan senyuman tulus yang
tidak aku hiraukan karena aku hanya memperhatikan Shin.
Suatu
hari saat pulang sekolah, aku mengambil sepedaku bersama Sara. Ternyata letaknya
tertutup dengan sepeda-sepeda yang lain. Aku dan Sara berusaha dengan keras
untuk menyingkirkan sepeda-sepeda yang
menutupi sepedaku. Tiba-tiba seorang anak laki-laki mendekatiku dan
langsung segera membantuku memindahkan sepeda-sepeda yang menutupi sepedaku.
Aku diam sejenak tidak menyangka siapa anak yang sedang membantuku. Dia adalah
teman Shin. Anak yang selalu bersama Shin saat istirahat. Lalu aku mengucapkan
terima kasih atas bantuannya. Sesaat kemudian aku melihat senyuman yang manis yang
keluar dari wajahnya. Senyuman itu sempat membuatku tersipu.
Mungkin karena aku terlalu sibuk
dalam pelajaran, aku sudah melupakan cerita Taka dan berhenti melakukan
kebiasaanku untuk memperhatikan Shin. Sekarang yang ada dipikiranku hanya ulangan,
pekerjaan rumah, tugas, dan apapun yang berhubungan dengan sekolah. Sempat aku
merasa jenuh, bosan, bahkan stres tapi aku tahu itu semua akan sangat
bermanfaat untuk masa depanku meraih cita-cita yang paling kuinginkan dan
kuharapkan selama ini.
Entah sejak kapan aku mulai dekat
dengan Oka, teman Shin. Oka memang teman terdekat Shin di kelas ataupun di
rumah. Rumah mereka memang dalam satu jalan yang sama. Aku senang berbicara
dengan Oka karena memiliki jalan pikiran yang sama denganku. Aku bisa dibilang aneh
karena memiliki jalan pikiran yang berbeda dengan kebanyakan temanku. Tapi saat
setiap aku sedang berbicara dengan Oka, Shin selalu menjauh. Aku tidak tahu apa
yang sebenarnya terjadi. Aku menjadi merasa seperti pengganggu dalam hubungan
mereka. Akhirnya aku mulai menjauh dari Oka maupun Shin. Tapi sepertinya Oka
selalu mencariku.
Taka berbicara padaku kalau Oka
kemarin mencariku. Aku hanya diam mendengarnya. Melihat aku hanya diam, Taka meneruskan
pembicaraannya. Dia mengajakku berbincang mengenai berbagai hal. Tapi diakhir
pembicaraan dia berkata kalau dia salah paham mengenai ceritanya dulu. Dia dan
Shin saling mengenal dengan akrab. Saat mereka sedang mengobrol, Shin
membicarakan semua tentang aku. Dan Taka berfikir kalau Shin menyukaiku. Tapi
ternyata bukan Shin yang menyukaiku. Secara spontan aku bertanya lalu siapa
yang menyukaiku. Taka menjawab dia tidak tahu namanya dan tidak tahu yang mana
anak yang dimaksud Shin menyukaiku.
Aku ingin sekali menanyakan siapa
nama anak yang menyukaiku. Tapi aku malu untuk menanyakannya pada Shin. Jadi aku
meminta Taka untuk menanyakannya pada Shin tapi tanpa menyebut namaku. Aku
tidak sabar mengetahui siapa anak yang menyukaiku. Besoknya aku langsung
mencari Taka dan menanyakannya. Dia menjawab kalau anak yang menyukaiku itu bernama
Oka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar