Senin, 28 November 2011

cerpen buatan sendiri


Salah Cerita



            Sudah sebulan ini aku telah resmi menjadi siswa dari SMPN 2 Mojokerto. SMPN 2 Mojokerto bukan merupakan sekolah yang aku inginkan saat kelulusan SD. Tapi entah mengapa orang tuaku memasukkanku ke sekolah itu. Aku hanya bisa pasrah menerima keadaan ini dan semoga saja ini memang jalan terbaik untukku. Tapi aku tetap senang karena sahabatku yang bernama Sara juga masuk ke sekolah itu. Aku berharap bisa sekelas dengannya tapi takdir tidak berpihak kepadaku. Tapi walaupun aku tidak sekelas dengannya, saat istirahat aku menyempatkan diri bermain dan berbicara dengannya.
            Orang yang aku kenal di kelas baruku hanya Taka dan Zizar. Taka adalah anak dari teman kerja ibuku sedangkan Zizar adalah teman SDku. Aku duduk bersebelahan dengan Ninda. Awalnya aku sama sekali tidak mengenalnya. Tapi waktu demi waktu, aku mulai dekat dengannya. Ninda adalah anak perempuan yang baik dan rajin.
            Ruang kelasku bisa dibilang kurang nyaman karena jauh dari gerbang sekolah lalu terletak di tingkat kedua dan udaranya sangat panas saat siang hari. Apalagi aku harus membiasakan diri dengan pakaian berkerudungku. Tidak ada AC atau kipas angin yang tersedia. Hanya angin yang bersemilir melewati jendela dan pintu kelasku. Namun hari demi hari aku mulai terbiasa dan betah dengan suasana serta keadaan yang seperti ini.
            Saat ini adalah pertama kalinya aku menggunakan alat yang bernama mikroskop di laboratorium IPA sekolahku. Obyek yang sedang kuamati adalah daun dari tumbuhan Rhoe Diseolor. Ternyata menggunakan mikroskop tidak semudah yang aku pikirkan. Banyak sekali kesulitan yang aku temui. Mulai dari pemotongan preparat, pengaturan cahaya, perbesaran, sampai pemfokusan obyek. Namun semakin aku banyak mendapat kesalahan, semakin aku mengerti bagaimana cara penggunaan alat yang menurutku cukup rumit itu dengan benar.
            Saat sedang asyiknya menggunakan mikroskop, tiba-tiba Taka berjalan menuju ke arah  mejaku. Lalu dia bertanya apakah aku kenal dengan anak kelas lain yang bernama Shin. Aku heran mendengar kata-kata yang diucapkan Taka. Saat kutanya apa yang terjadi sebenarnya, dia hanya tersenyum lalu menjawab jika anak kelas lain yang bernama Shin itu menyukaiku. Kata-kata itu membuatku semakin bertambah heran. Shin ? Siapa dia ? Mendengar nama itu saja baru sekarang. Bagaimana bisa anak kelas lain yang bernama Shin itu menyukaiku ? Taka meninggalkan mejaku tanpa merasa ada hal yang salah sedikitpun dariku. Hal itu sempat membuatku tidak tenang saat pelajaran karena terbayang di pikiranku. Mungkinkah Taka berbohong kepadaku ? Tapi yang kutahu Taka tidak pernah mengada-ada walaupun dia sedikit bandel dalam hal pengerjaan tugas-tugas pelajaran dari para guru.
            Setelah berhari-hari aku mencari anak kelas lain yang bernama Shin itu. Akhirnya aku dapat menemukannya. Kesan pertamaku melihatnya ternyata dia lumayan ganteng juga. Jika tidak sengaja bertemu dengannya saat istirahat, aku selalu memperhatikan dia untuk membuktikan kebenaran dari cerita Taka. Tapi sepertinya Shin selalu acuh dan tidak peduli saat melihatku memperhatikan dia. Aku jadi merasa malu sendiri atas perbuatanku yang selalu memperhatikan dia.
            Tapi tanpa aku sadari seseorang yang selalu bersama Shin saat istirahat melihatku dan memberikan senyuman tulus yang tidak aku hiraukan karena aku hanya memperhatikan Shin.
Suatu hari saat pulang sekolah, aku mengambil sepedaku bersama Sara. Ternyata letaknya tertutup dengan sepeda-sepeda yang lain. Aku dan Sara berusaha dengan keras untuk menyingkirkan sepeda-sepeda yang  menutupi sepedaku. Tiba-tiba seorang anak laki-laki mendekatiku dan langsung segera membantuku memindahkan sepeda-sepeda yang menutupi sepedaku. Aku diam sejenak tidak menyangka siapa anak yang sedang membantuku. Dia adalah teman Shin. Anak yang selalu bersama Shin saat istirahat. Lalu aku mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Sesaat kemudian aku melihat senyuman yang manis yang keluar dari wajahnya. Senyuman itu sempat membuatku tersipu.
            Mungkin karena aku terlalu sibuk dalam pelajaran, aku sudah melupakan cerita Taka dan berhenti melakukan kebiasaanku untuk memperhatikan Shin. Sekarang yang ada dipikiranku hanya ulangan, pekerjaan rumah, tugas, dan apapun yang berhubungan dengan sekolah. Sempat aku merasa jenuh, bosan, bahkan stres tapi aku tahu itu semua akan sangat bermanfaat untuk masa depanku meraih cita-cita yang paling kuinginkan dan kuharapkan selama ini.
            Entah sejak kapan aku mulai dekat dengan Oka, teman Shin. Oka memang teman terdekat Shin di kelas ataupun di rumah. Rumah mereka memang dalam satu jalan yang sama. Aku senang berbicara dengan Oka karena memiliki jalan pikiran yang sama denganku. Aku bisa dibilang aneh karena memiliki jalan pikiran yang berbeda dengan kebanyakan temanku. Tapi saat setiap aku sedang berbicara dengan Oka, Shin selalu menjauh. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku menjadi merasa seperti pengganggu dalam hubungan mereka. Akhirnya aku mulai menjauh dari Oka maupun Shin. Tapi sepertinya Oka selalu mencariku.
            Taka berbicara padaku kalau Oka kemarin mencariku. Aku hanya diam mendengarnya. Melihat aku hanya diam, Taka meneruskan pembicaraannya. Dia mengajakku berbincang mengenai berbagai hal. Tapi diakhir pembicaraan dia berkata kalau dia salah paham mengenai ceritanya dulu. Dia dan Shin saling mengenal dengan akrab. Saat mereka sedang mengobrol, Shin membicarakan semua tentang aku. Dan Taka berfikir kalau Shin menyukaiku. Tapi ternyata bukan Shin yang menyukaiku. Secara spontan aku bertanya lalu siapa yang menyukaiku. Taka menjawab dia tidak tahu namanya dan tidak tahu yang mana anak yang dimaksud Shin menyukaiku.
            Aku ingin sekali menanyakan siapa nama anak yang menyukaiku. Tapi aku malu untuk menanyakannya pada Shin. Jadi aku meminta Taka untuk menanyakannya pada Shin tapi tanpa menyebut namaku. Aku tidak sabar mengetahui siapa anak yang menyukaiku. Besoknya aku langsung mencari Taka dan menanyakannya. Dia menjawab kalau anak yang menyukaiku itu bernama Oka.

video gempa bumi buatan sendiri


Puisi terinspirasi oleh bencana


Untukku dan Mereka

Aku tidak tahu
Sungguh tidak tahu
Apa  yang Tuhan berikan padaku esok hari
Kulihat mereka
Terluka hampir mati
Hanya bisa berharap
Tangan - tangan dari-Nya
                Kerenungkan arti hidup ini
                Usiaku berkurang tiap detik
                Cukupkah kebaikanku ?
Atau tertutup dosa yang slalu mengalir
Kuberikan selilin cahaya
Untuk mereka yang terluka
Juga untukmu di akhir nanti

Puisi nama (lihat huruf depan)

 
Kebahagiaan

Hangat sinar matahari pagi
Anggrek berbunga indah
Raut wajah cerah berseri
Indah matahari pagi
Nan menyentuh hati
Irama musik bernyanyi
                Nan indah suasana hati hari ini
                Ungkapan kebahagian yang asri
                Raih cita-cita sejak dini
Hilanglah semua beban
Ingin ku terbangkan mimpi
Kiranya tak ada lagi malam
Malampun tak kunjung kembali
Aku akan melangkah maju
Hari esok yang lebih cerah